Arsitektur Romanesque Sebagai Representasi Arsitektur Pada Abad Ke-12
Oleh : Indira Anggananjati ( Mahasiswi Pendidikan Sejarah 2020 )
Eropa merupakan wilayah yang dikenal dengan peradaban yang tumbuh subur di berbagai bidang. Perkembangan peradaban di Eropa tidak luput dari berbagai penemuan dan pengetahuan yang telah dikembangkan sejak zaman Yunani Kuno. Perkembangan pengetahuan di Eropa melahirkan pola berfikir dan cara baru untuk melakukan perkembangan. Eropa yang sering diidentikan dengan berbagai kemajuan dan kejayaan tentu tidak luput dari masa dimana Eropa mengalami kemunduran. Kemunduran tersebut terjadi pada abad kegelapan. Konsepsi abad kegelapan yang membuat berbagai perkembangan terhambat dan menyebabkan Eropa mengalami kemunduran.
Kemunduran tersebut disebabkan oleh pembatasan yang dilakukan oleh pihak gereja, banyak masyarakat Eropa justru berlomba-lomba untuk mengejar akhirat tanpa menyadari bahwa mereka juga tetap harus menjalani kehidupan saat ini dengan baik. Pengaruh gereja yang semakin kuat juga mempengaruhi perkembangan seni. Pada abad kegelapan menurut Dante, “Seni adalah cucu Allah” Seni dianggap sebagai produk yang diciptakan untuk keagungan Allah bukan semata-mata untuk dinikmati seperti orang Yunani (Fremantle. Anne, 1984). Kategori seni yang berkembang cangkupannya cukup luas termasuk seni bangunan atau arsitektur.
Arsitektur dan seni bangunan pada abad pertengahan merupakan bagian terpenting yang menandai perkembangan abad pertengahan ini. Arsitektur dan bangunan berperan penting guna mengukir sebuah prestasi pada abad pertengahan pada setiap menara, tembok, jendela, kubah, patung, mozaik, dan lukisan dinding katedral menandai bahwa arsitektur pada abad pertengahan haruslah menjadi tempat untuk mengabadikan pengetahuan dan kepercayaan masyarakat pada masa tersebut.
Perkembangan arsitektur telah dimulai sejak kemunculan katedral yang menandai pengesahan agama Kristen di Kekaisaran Roma pada 313, dan menjadi bangunan penting yang digunakan untuk melaksanakan kebaktian. Gereja dibuat dengan sedemikian rupa agar menandai kemegahan dan kekuasaan Tuhan. Kemegahan tersebut dapat tercermin dari banyaknya lukisan-lukisan yang memperlihatkan keindahan serta banyak penggunaan batu pualam, mosaik kaca dengan lukisan, dan lukisan pada setiap dindingnya yang memperlihatkan berbagai bentuk yang juga mengadaptasi Geometri (Fremantle. Anne, 1984).
Arsitektur dalam berjalannya waktu dan sejarah tentu mengalami perkembangan yang berbeda-beda dipengaruhi oleh keadaannya pada saat itu. Eropa sendiri sudah dikenal sebagai benua yang memiliki arsitektur yang memiliki unsur keindahan yang dapat dikagumi hingga masa kini. Arsitektur yang berkembang dalam berbagai masa tertentu memiliki ciri masing-masing seperti arsitektur Islam yang memiliki menara bernama mihrab yang diperkenalkan pada Dinasti Umayyah, kemudian ada arsitektur kubah batu dengan gaya berbentuk setengah bola yang dibuat pada sekitar tahun 691, dan lainnya. Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas mengenai Arsitektur Romanesque sebagai gaya arsitektur yang lahir pada abad ke-12 yang mendapatkan pengaruh dari Romawi dan menjadikannya representasi dari bangunan pada abad pertengahan.
Pembahasan
Abad pertengahan merupakan abad yang dikenal dengan pengaruh gereja yang cukup kuat dan berkembang pesat di berbagai kalangan baik pemerintah, bangsawan, maupun masyarakat umum. Pada perkembangannya abad kegelapan memiliki jantung dari perkembangan gereja yang cukup kuat yang berada di Roma. Roma sendiri merupakan suatu wilayah yang kerap diidentikan dengan raja-raja dan keagungan kekaisaran Roma. Perkembangan agama yang cukup pesat di wilayah Roma pada akhirnya membawa pengaruh-pengaruh yang tersebar di ikuti dengan pengaruh kekaisaran Romawi. Salah satunya adalah Arsitektur, Arsitektur yang mendapatkan pengaruh dari kekaisaran Romawi dan menjadi representasi dari arsitektur abad ke-12 adalah gaya Arsitektur Romanesque.
Arsitektur Romanesque merupakan gaya arsitektur yang lahir sebelum gaya arsitektur Gothic dan menjadi gaya arsitektur yang mendasari perkembangan gaya arsitektur Gothic dan Renaissance. Seperti gaya arsitektur yang melekat pada wilayah Eropa dimana arsitektur tetap mengagungkan unsur keindahan meskipun pengaruh gereja membatasi kesenangan untuk mengekspresikan keindahan tersebut namun, gaya romanesque tetap mengandalkan gagasan keindahan yang berasal dari teknik rekayasa bangunan pada masa Romawi Kuno (Kim, 2021). Rekayasa bangunan yang dianggap sama adalah ciri bahwa bangunan yang dibangunan dengan gaya romanesque cenderung memiliki kesamaan dengan bangunan yang dibangun dengan gaya yang sama. Material yang dipakai dalam pembuatannya pun dianggap lebih murah jika dilihat dari usia bangunan tersebut yang masih dapat berdiri hingga saat ini.
Pada awalnya perkembangan arsitektur pada abad pertengahan dipengaruhi oleh Karel Agung yang merupakan orang yang mendukung pembangunan gereja dalam upaya membangkitkan minat terhadap Seni (Fremantle. Anne, 1984). Awalnya perkembangan arsitektur tersebut dipengaruhi oleh adanya gaya seni dari Romawi dan Byzantium. Hal ini dapat dilihat dari bangunan yang dibuat pertama pada masa Karel Agung adalah Menara. Pembangunan menara dimana menara tersebut meliputi menara lonceng, menara tangga dan menara pengawas yang berguna untuk memantau kegiatan masyarakat yang dapat dilihat dari atas.
Dilatar belakangi oleh adanya penertiban oleh pihak gereja terkait penyelewengan-penyelewengan yang ada pada akhirnya perkembangan pada Arsitektur Romanesque mulai menginjakan kakinya pada pertengahan abad ke-11. Akhirnya Pada abad ke-12 muncul istilah Arsitektur Romanesque yang merupakan arsitektur yang lahir akibat adanya kebangkitan kembali kegiatan seni pada abad pertengahan. Gereja-gereja banyak dibangun dengan gaya Romanik dengan mengingatkan dengan banyak bangunan Roma pada pada abad ke 4, 5, dan 6 Masehi (Ashadi, 2016).
Gereja yang dibangun dengan gaya Arsitektur Romanesque memiliki ciri-ciri pembangunan yang sudah menggunakan dinding yang dipertebal dengan tiang-tiang yang berbentuk bulat yang lebih besar dan lengkungannya dibuat dengan gaya Romawi Kuno. Kelemahan dari Arsitektur Romanesque adalah masih menggunakannya atap yang berasal dari kayu dimana atap tersebut lebih mudah terbakar dibandingkan batu. Namun, dalam perkembangannya atap tersebut akan berubah menjadi penggunaan atap berbentuk kubah yang disebut kubah barrel. Selain itu gaya pembangunan dari Arsitektur Romanesque cenderung membuat bagian yang lebih rendah dari kubah sebagai tempat yang dibuat datar.
Penggunaan geometri lingkaran pada pembuatan bangunan bergaya Romanesque mengadaptasi kepercayaan bahwa bangunan Romanesque haruslah berbentuk simbolik, memiliki keindahan, dan memiliki makna. Penggunaan lingkaran yang merupakan bentuk geometri yang dianggap sempurna diantara geometri lainnya dalam kepercayaan abad
pertengahan dianggap sebagai simbol dari surga. Simbolis surga yang signifikan tersebut dapat dilihat dari banyaknya gereja bergaya Romanesque yang memiliki kubah, pintu, ataupun jendela yang berbentuk setengah lingkaran.
Katedral Pisa merupakan salah satu contoh bangunan yang masih ada sampai saat ini yang menggunakan arsitektur bergaya Romanesque yang berada di Kota Pisa, Italia. Bangunan ini dibangun pada sekitar 1093 yang dapat dilihat dalam sketsa Katedral tersebut bahwa mereka menggunakan bentuk atap dengan gaya kubah barrel yang yang pada bagian pilar tersebut ditandai dengan penggunaan pilar yang lebih lebar dan bulat yang disatukan dengan setengah lingkaran pada bagian atas pilar. Pada landskap sketsa dari bangunan yang diambil melalui Penn State University Library dapat dilihat bahwa bangunan tersebut dibuat membentuk geometri lingkarang yang menjadi salah satu ciri dari arsitektur Romanesque. Hal ini telah membuktikan sejak pertengahan abad ke-11 gaya dari Arsitektur Romanesque mulai berkembang.
Tidak hanya pada bagian arsitektur landscape bangunan tetapi juga pada bagian relief yang berada pada dinding bangunan. Pada abad ke-12 dimana arsitektur mendapatkan pengaruh kembali dari kekaisaran Romawi yang dikenal dengan istilah Arsitektur Romanesque, bagian pada relief bangunan tersebut juga ikut mengalami perubahan dan mengambil unsur dari romawi atau pahlawan kristen yang berjuang dalam nama gereja.
Kebanyakan dari seni bangunan bergaya Romanesque menampilkan sosok tokoh dalam alkitab dan juga tokoh lain yang ikut serta dalam memperjuangkan gereja.. Sebagai contoh diatas adalah gambar reliefs dari Saint Demetrius dan Saint George, Saint Demetrius (kiri) merupakan tokoh dalam alkitab yang digambarkan merupakan pembuat kuil-kuil dewi Artemis yang kemudian menjadi pengikut Yesus yang hidup pada abad pertama masehi yang banyak disebut dalam perjanjian baru. Awalnya yang menjadi relief utama adalah Saint Demetrius (kiri) dan kemudian diganti dengan Saint George yang merupakan tentara dari sejarah Romawi yang sangat diagungkan karena kegigihannya dalam memberikan perlindungan terhadap kekaisaran Romawi Kuno dan setia terhadap gereja yang kemudian dianggap sebagai lambang perlindungan bagi wilayah San Marco di Italia (Muir, 1979). Hal ini dapat membuktikan bahwa bangunan di Italia pada masa Renaisans justru mendapatkan pengaruh dari Romawi Kuno dengan kembali dikembangkannya relief-relief pada bangunan yang ada dengan memadukan unsur agama dengan unsur Romawi Kuno yang kemudian disebut Romanesque.
Meskipun gaya Arsitektur Romanesque masih kerap ditemukan hingga masa kini baik di wilayah Italia maupun Perancis namun, gaya arsitektur ini dianggap tidak diapresiasi dengan layak hal ini dikarenakan arsitektur bergaya Romanesque cenderung memiliki kesan bangunan yang cukup kuno serta bagian dalam dari bangunan tersebut cenderung gelap dan memiliki banyak patung serta relief bergambar (Kim, 2021). Namun, tidak dapat dipungkiri karena karakteristik dari gaya Romanesque yang cenderung mengukir relief yang memadukan unsur gereja dan Romawi kita dapat melihat kekayaan serta harmoni yang tercipta dalam suatu bangunan sebagai bentuk dari kekayaan seni.
Kesimpulan
Arsitektur Romanesque merupakan gaya arsitektur yang lahir pada abad ke-12 kelahiran gaya arsitektur ini dipengaruhi oleh adanya pengaruh gaya Romawi Kuno. Romanesque menjadi gaya arsitektur yang merepresentasikan abad pertengahan karena gaya arsitektur tersebut mendasari lahirnya gaya arsitektur bergaya gothic dan Renaisans hal. Meskipun nama gaya arsitektur Romanesque cenderung tidak familiar di kalangan masyarakat namun, bangunan yang diciptakan menggunakan gaya Romanesque pada abad pertengahan masih dapat dilihat pada masa kini. Gaya Romanesque cenderung mengutamakan tujuan pembangunan tersebut bermakna, simbolik, dan memiliki keindahan. Pada bagian dinding gereja-gereja bergaya Romanesque cenderung banyak ditemukan relief ukiran kisah para pahlawan romawi yang berjuang dibawah nama gereja. Oleh karena itu Arsitektur gaya Romanesque dapat dikatakan representatif dari seni bangunan abad ke-12 yang menandakan lahirnya percampuran pengaruh antara gereja dan Romawi Kuno.
Daftar Referensi
- Ashadi. (2016). Peradaban dan Arsitektur Zaman Pertengahan Byzantium, Kekristenan, Arab dan Islam by (1st ed.). UMJ Press.
- Fremantle. Anne. (1984). Abad Besar Manusia: Abad Iman. Pustaka Time-Life.
- Kim, N. (2021). Aesthetics of Romanesque Architecture. Journal of Aesthetic Education, 55(1). http://scholarlypublishingcollective.org/uip/jae/article- pdf/55/1/90/1431293/jaesteduc.55.1.0090.pdf
- Muir, E. (1979). Images of Power: Art and Pageantry in Renaissance. In Source: The American Historical Review (Vol. 84, Issue 1).
- Penn State University Library. (2007, June 4). Pisa Baptistery: Plan, Elevation, Section. Flickr.Com.
- Rotenberg, A. (2017, October 3). Interior of Pisa Cathedral, Italy. Fineartamerica.Com.