Black Death : Wabah Yang Mengubah Paradigma Masyarakat Eropa
Oleh : Sukmawati ( Mahasiswi Pendidikan Sejarah 2020 )
Abad pertengahan dalam sejarah Eropa merupakan suatu masa yang merujuk pada kurun waktu antara tahun 500 M sampai dengan 1500 M. Abad pertengahan di Eropa bermula sejak runtuhnya Kekaisaran Romawi dan berlanjut hingga periode awal Renaisans. Abad ini juga terkadang disebut sebagai abad kegelapan, dikarenakan pada periode ini dominasi kekuatan agama begitu besar sehingga seluruh aspek kehidupan masyarakat ditentukan dan dipengaruhi oleh keputusan gereja. Hal ini yang kemudian menjadi salah satu penyebab terhambatnya perkembangan ilmu pengetahuan sehingga kehidupan intelektual pada masa itu dapat dikatakan menurun. Secara umum abad pertengahan terbagi lagi menjadi
tiga kurun waktu, yaitu awal abad pertengahan, puncak abad pertengahan dan akhir abad pertengahan. Selama kurun waktu tersebut telah terjadi beberapa kejadian penting yang semakin membuat sejarah abad pertengahan terkesan begitu kelam dan dijuluki sebagai “dark ages”.
Puncak abad pertengahan diperkirakan terjadi antara tahun 1000 M -1300 M. Pada periode inilah diyakini telah terjadi berbagai peristiwa penting di Eropa, meliputi pertempuran Hastings, terjadinya Perang Salib, hingga penandatanganan piagam Magna Carta yang melemahkan kekuasaan absolut raja. Meski demikian, selama puncak abad pertengahan, ekonomi Eropa berkembang pesat akibat dari perdagangan yang semakin meluas, banyak kota-kota mulai tumbuh serta populasi di Eropa juga mengalami peningkatan. Akan tetapi, pada akhir abad pertengahan ekonomi dan populasi di Eropa perlahan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh merebaknya wabah yang mematikan. Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Sebenarnya ini bukanlah pertama kalinya bangsa Eropa dilanda oleh wabah penyakit. Pada periode awal abad pertengahan sejumlah wabah penyakit juga melanda Kekaisaran Bizantium pada masa pemerintahan Justinian. Wabah ini terus melanda dunia Mediterania selama 225 tahun dan telah merenggut nyawa jutaan orang. Kemudian pada 750 M wabah menghilang. Pada abad-abad berikutnya wabah kembali muncul dan melanda sejumlah wilayah di Eropa. Salah satu wabah yang paling terkenal dalam sejarah adalah “Black Death” atau Maut Hitam. Black Death telah membawa berbagai dampak bagi kehidupan masyarakat Eropa. Dari beberapa bencana yang menimpa Eropa pada akhir abad pertengahan,
Black Death merupakan salah satu bencana yang paling sulit ditangani oleh bangsa Eropa. Salah satu penyebabnya adalah karena faktor keterbatasan ilmu pengetahuan akan wabah tersebut.
Berdasarkan dengan itu dapat dipastikan bahwa akhir abad pertengahan kemungkinan adalah suatu periode tersulit yang dialami bangsa Eropa selama abad pertengahan. Salah satu penyebabnya karena pada masa ini terjadi penyebaran wabah penyakit yang dikenal dengan sebutan Black Death. Ini adalah wabah kedua dan terbesar yang menghancurkan bangsa Eropa setelah wabah Justinian. Wabah Black Death terjadi sekitar tahun 1347–1352 M.
Black Death
Black Death atau juga umumnya dikenal sebagai wabah pes adalah wabah yang disebabkan oleh bakteri yang disebut Yersinia pestis, dinamai oleh Alexandre Yersin, ilmuwan dan ahli bakteriologi yang menemukannya pada abad kesembilan belas. Bakteri ini biasanya terdapat pada kutu yang hidup pada hewan pengerat seperti tikus. Kemudian ketika tikus mati, kutu melompat ke hewan lain dan menyebar dengan cepat pada manusia melalui gigitan kutu yang telah terinfeksi. Akan tetapi, setelah dilakukan pemeriksaan secara modern, sebenarnya terdapat tiga jenis wabah yang semuanya aktif dan mematikan selama Black Death.
1. Wabah Pes (bubonic). Dinamakan demikian karena ciri khas dari penyakit ini adalah muncul buboes (atau gavocciolos) pada penderita. Buboes adalah pembengkakan kelenjar getah bening yang terinfeksi bakteri Yersinia pestis. Biasanya ditemukan di daerah ketiak, selangkangan, dan leher. Tanpa pengobatan penderita akan meninggal dalam waktu seminggu setelah tertular.
2. Wabah Septikemia yaitu ketika bakteri memasuki aliran darah secara langsung dan berkembang biak di sana.
3. Wabah Pneumonia yaitu ketika bakteri menyebar dan menginfeksi paruparu. Gejalanya adalah batuk berdarah dan demam tinggi. Penularan wabah ini terjadi ketika penderita Pneumonia batuk dan orang lain menghirupnya.
Penyebaran Wabah ke Eropa
Black Death diperkirakan berasal dari Asia Tengah, khususnya di Mongolia dan Cina barat. Hal ini senada dengan ungkapan sejarawan Arab kontemporer Al-Maqrizi dan Al-Wardni yang menegaskan bahwa Black Death pertama kali datang dari Cina. Sumber-sumber Cina juga menyebutkan bahwa wabah ini sudah muncul di Mongolia sekitar satu dekade sebelum Black Death mencapai Eropa. Kemudian wabah ini menyebar dari Asia Tengah ke barat dan timur dibawa oleh pedagang Mongol yang melakukan perjalanan melalui Jalur Sutra, jalur perdagangan yang menghubungkan Eropa dan Timur Tengah. Selain itu, serangan yang dilakukan oleh tentara Mongol ke kota Kaffa di Krimea pada 1347 juga berpotensi terhadap penyebaran wabah tersebut. Saat menyerang kota, pasukan Mongol di bawah kepemimpinan Jani Beg, sedang menderita karena terinfeksi oleh wabah. Mereka kemudian melemparkan mayat para prajurit mereka yang telah mati karena wabah ke dalam tembok kota Kaffa. Kemungkinan ini adalah sebuah taktik yang dimaksudkan untuk menginfeksi penduduk kota Kaffa. Setelah para penduduk kota terinfeksi, mereka yang masih bertahan berusaha melarikan diri dari Krimea menggunakan kapal, mereka membawa serta tikus-tikus yang terinfeksi wabah ke dalam kapal. Pada bulan Oktober 1347 dua belas kapal yang melarikan diri dari Krimea tiba di Sisilia. Kapal-kapal yang tiba tersebut di geladak dan di dalam kapal itu dipenuhi oleh mayat-mayat penumpang. Pada awal 1348, beberapa kapal lain yang melarikan diri dari Krimea berhasil mencapai kota-kota pelabuhan di Italia yakni di Genoa dan Venesia. Titik utama masuknya wabah ke Italia utara dan benua Eropa adalah di Pisa.
Kemudian pada Januari 1348 kota-kota pelabuhan di Italia mulai menolak masuk kapal yang membawa penumpang yang diduga terinfeksi, dan dengan demikian kapal melakukan perjalanan ke utara. Karena kurang cepatnya komunikasi, sebuah kapal yang ditolak oleh Italia diizinkan berlabuh di Prancis tepatnya di pelabuhan Marseilles pada akhir Januari 1348. Kemudian pada Juni 1348, wabah menyebar dengan cepat dari Italia dan Prancis, menuju Spanyol, Portugal, Irlandia dan Inggris, kemudian menyebar ke Jerman, Skandinavia dan Rusia. Dengan demikian hal itu menandai dimulainya wabah Black Death di sejumlah kota di Eropa.
Kehidupan Masyarakat Eropa selama Wabah
Karena tidak memiliki cukup pengetahuan medis untuk memahami penyebab dari wabah tersebut, para dokter abad pertengahan mengira wabah itu disebabkan oleh udara buruk. Dokter wabah menyarankan orang-orang untuk berjalan-jalan dengan bunga di sekitar hidung guna menangkal udara buruk yang mengelilingi mereka. Beberapa dokter mengenakan topeng seperti paruh yang diisi dengan barang-barang aromatik. Masker dirancang untuk melindungi mereka dari udara busuk yang dianggap sebagai penyebab infeksi. Dokter juga menyarankan agar orang-orang menjauh dari tempat yang terinfeksi dan pindah ke lingkungan yang tidak terinfeksi. Beberapa orang kaya memilih untuk pergi ke pedesaan. Ini memang membantu, tetapi bukan karena alasan yang dipikirkan para dokter saat itu. Pada kenyataannya, karena mereka menjauh dari kondisi tidak sehat dan menjauh dari hewan pengerat yang menampung kutu yang membawa infeksi. Hal ini juga menyebabkan penyebaran wabah ke sudut-sudut baru di Eropa yang sebelumnya tidak terpapar oleh wabah.
Orang-orang abad pertengahan mengaitkan wabah tersebut dengan kekuatan supranatural. Mereka percaya bahwa wabah itu adalah hukuman dari Tuhan akibat dosa yang dilakukan oleh umat manusia seperti dosa orang-orang Yahudi yang menolak untuk berpindah agama. Salah satu cara untuk mengomunikasikan pertobatan dan harapan untuk bebas dari wabah adalah dengan cara mengukir salib di pintu rumah bersama dengan kata-kata seperti berikut :
“Tuhan, kasihanilah kami”.
Bahkan pada waktu itu muncul Gerakan Flagellan, di mana kelompok-kelompok pendosa akan melakukan perjalanan dari kota ke kota dan mencambuk diri mereka sendiri untuk menebus dosa-dosa mereka. Para flagel mengulangi ritual ini tiga kali sehari. Gerakan ini tidak hanya membantu menyebarkan wabah tetapi juga mengganggu komunitas dengan desakan mereka untuk menyerang kelompok-kelompok yang terpinggirkan seperti orang-orang Yahudi, Romani (gipsi), penderita kusta, atau yang lainnya.
Selama wabah ini berlangsung, Anti-Semitisme dan Anti-Yahudi sangat meningkat di Eropa. Bagaimanapun, target utama penganiayaan adalah orang Yahudi yang telah lama dipilih sebagai musuh umat Kristen. Mereka menuduh orang-orang Yahudi telah menyebarkan wabah, meracuni persediaan air sumur dengan sengaja untuk membunuh orang Kristen dan menghancurkan peradaban Eropa. Isu-isu tersebut yang kemudian menjadi salah satu penyebab terjadinya sejumlah pembantaian dan pemusnahan terhadap komunitas Yahudi yang berada di Jerman, Austria dan Prancis. Sejumlah orang Yahudi yang masih bertahan kemudian melarikan diri dari tempat pembantaian, banyak dari mereka akhirnya menetap di wilayah Polandia dan Eropa Timur. Ada juga laporan yang menyatakan bahwa banyak orang Yahudi yang melakukan bunuh diri hanya untuk menghindari penganiayaan.
Pada saat yang sama, baik raja maupun pemerintah sipil tidak dapat melakukan banyak hal untuk meringankan penderitaan atau mencegah penyebaran wabah. Beberapa kota, seperti Pistoia di Italia, memberlakukan peraturan dengan tidak mengizinkan orang untuk mengunjungi daerah atau orang yang terinfeksi wabah, sayangnya peraturan tersebut tidak cukup untuk mencegah penyebaran wabah. Dengan cepat wabah menyebar ke kota-kota, dimana orang-orang berhubungan dekat satu sama lain. Karena orang-orang masih mengaitkan wabah dengan hal supranatural, maka mereka datang ke gereja meminta bantuan kepada para pendeta agar dapat membantu mereka. Kenyataannya hal itu justru membuat wabah semakin menyebar ke penjuru kota. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindar dari wabah ini, baik para rakyat jelata, petani, kelas menengah ataupun bangsawan. Akhirnya mereka terpaksa meninggalkan kerabat dan anggota keluarga (orang tua, anak-anak, atau saudara kandung) yang telah terinfeksi oleh wabah. Banyak diantara mereka yang kemudian meninggal sendirian di jalan-jalan umum, siang dan malam. Korban tewas meningkat begitu cepat sehingga orang-orang Eropa tidak mempunyai waktu untuk memahami apa yang terjadi dan apa yang harus mereka lakukan pada situasi tersebut. Kehidupan sosial masyarakat Eropa saat itu benar-benar hancur. Terutama kehidupan para rakyat jelata yang begitu memprihatinkan. Selain dihadapkan pada masalah kemiskinan dan kelaparan, mereka juga masih harus menanggung wabah yang mengerikan dan mematikan ini.
Dampak Wabah Black Death
Dampak yang paling signifikan dari wabah ini adalah menurunnya populasi penduduk di Eropa. Menurut perkiraan, wabah ini telah menewaskan antara 45% — 50% populasi penduduk Eropa atau diperkirakan sekitar 75 juta hingga 200 juta orang Eropa terbunuh pada waktu itu, ini termasuk semua lapisan masyarakat, baik masyarakat perkotaan atau pedesaan, orang kaya atau miskin. Pada dasarnya dampak dari wabah Black Death begitu luas tidak hanya sekedar penurunan populasi. Wabah ini telah membawa sejumlah perubahan besar pada berbagai bidang, seperti:
a. Bidang Sosial-Ekonomi
Merebaknya wabah di seluruh penjuru kota menyebabkan kegiatan perdagangan dan kegiatan komersial lainnya dihentikan sementara. Hal ini berdampak pada perekonomian Eropa yang kemudian menurun. Akan tetapi, wabah Black Death sebenarnya juga membawa sedikit dampak positif bagi masyarakat kelas bawah khususnya para buruh tani. Tatanan masyarakat Eropa pada abad pertengahan umumnya didasarkan pada sistem feodalisme, yaitu sistem yang memberikan kekuasaan besar kepada golongan bangsawan (tuan tanah). Para bangsawan kemudian mempekerjakan para buruh tani untuk menggarap tanah sehinga menghasilkan keuntungan bagi para tuan tanah, sementara para buruh tani itu sendiri hanya mendapat upah kecil atau bahkan tidak mendapatkan apa-apa kecuali tempat tinggal dan makanan yang mereka tanam sendiri.
Kematian sejumlah penduduk terutama kaum buruh/petani selama wabah mengakibatkan berkurangnya jumlah buruh tani yang bekerja di lahan. Para tuan tanah mengalami kerugian karena produksi pertanian yang tadinya maju, akhirnya mengalami kemandegan. Dengan demikian para buruh tani menjadi asset yang penting dan langka selama wabah. Para petani yang masih bertahan dari wabah kemudian memanfaatkan keadaan ini untuk memperbaiki kehidupan mereka dengan meminta upah tinggi kepada para tuan tanah. Karena para tuan membutuhkan para buruh tani untuk menggarap lahan, maka dengan terpaksa mereka membayar upah yang lebih tinggi sesuai permintaan para buruh tani. Kehidupan para buruh tani kini jauh lebih meningkat dari pada periode sebelumnya. Akan tetapi, ini tidak jauh lebih baik karena wabah masih melanda dan dapat menginfeksi mereka kapan saja.
Setelah wabah berlalu, banyak buruh tani yang kondisinya lebih baik kemudian ditentang oleh kelas atas yang khawatir bahwa kelas bawah melupakan tempat mereka. Upaya kelas atas untuk mengembalikan para buruh ke kondisi sebelumnya menyebabkan adanya pemberontakan yang dilakukan oleh para buruh tani. Salah satunya adalah pemberontakan petani di Inggris yang dipimpin oleh Wat Tyler pada tahun 1381. Pemberontakan ini pada akhirnya menyebabkan runtuhnya sistem feodalisme di Inggris.
b. Bidang Budaya (Seni dan Arsitektur)
Wabah juga secara dramatis telah mempengaruhi seni dan arsitektur abad pertengahan. Lukisan dan patung cenderung lebih realistis dari sebelumnya dan semuanya hampir seragam, yakni berfokus pada kematian. Motif yang paling terkenal adalah Dance of Death atau juga dikenal sebagai Danse Macabre. Ini adalah gambar umum yang terpampang di seluruh Eropa selama Black Death. Dimaksudkan untuk memperingatkan orang untuk percaya akan kematian yang mendadak.
c. Pengetahuan Medis
Setelah wabah Black Death berlalu, para dokter kemudian mempertanyakan kembali pengetahuan dan praktik medis yang telah mereka lakukan di masa lalu. Kegagalan pengobatan pada abad pertengahan secara langsung telah memicu penilaian ulang dan reformasi akan pengetahuan medis. Dengan demikian, wabah Black Death mewakili suatu peristiwa yang membantu membentuk arah perkembangan kedokteran pada abad pertengahan, dan membantu membentuk perkembangan praktik medis di masa depan.
d. Hak Perempuan
Selama abad pertengahan, perempuan dalam segi fisik, moral dan intelektual dianggap lebih rendah dari pada laki-laki. Para wanita hanya memiliki sedikit hak dalam menentukan nasib mereka sendiri. Wabah Black Death menyebabkan begitu banyak pria meninggal sehingga wanita kemudian diizinkan untuk melakukan pekerjaan laki-laki seperti bergabung dengan serikat pekerja, menjalankan bisnis perkapalan dan tekstil, memiliki tanah sendiri, serta memiliki kebebasan dalam memilih pasangan. Meskipun pada abad-abad selanjutnya posisi perempuan banyak ditentang kembali oleh para kaum laki-laki, namun posisi mereka setidaknya lebih baik daripada periode-periode sebelumnya.
Kesimpulan
Abad pertengahan adalah suatu periodisasi dalam sejarah yang mendeskripsikan Eropa pada periode antara 500–1500 M. Pada periode inilah diyakini telah terjadi berbagai peristiwa penting di Eropa. Namun, Abad pertengahan umumnya direpresentasikan sebagai periode yang kelam karena telah menghancurkan bangsa Eropa dari berbagai hal. Selain dihadapkan pada situasi peperangan, kelaparan, diskriminasi, mereka juga ditimpa oleh sebuah wabah yang begitu mematikan. Merebaknya wabah di Eropa antara tahun 1347–1352 M yang dikenal sebagai wabah Black Death. Hidup pada masa itu sungguh menakutkan, tidak ada jaminan bahwa seseorang akan terhindar dari wabah mengerikan itu. Wabah tersebut pada akhirnya memunculkan serangkaian perubahan dalam bidang pengetahuan, sosial serta ekonomi yang memiliki efek mendalam pada perjalanan sejarah Eropa pada abad-abad berikutnya.
Daftar Referensi
- Byrne, Joseph P. (2006). Daily life during the Black Death. London: Greenwood Press.
- ____________ . (2012). Encyclopedia of the Black Death. California: ABCCLIO.
- Freeman, Henry. (2016). The Black Death: History’s Most Effective Killer. Hourly History.
- Joshua J. Mark. (2020). Effects of the Black Death on Europe. Diaksed pada 28 Maret 2022. https://www.worldhistory.org/article/1543/effects-of-theblack-death-on-europe/
- Zimmerman, Kira. (2019.) Killing Time: Historical Narrative and the Black Death in Western Europe. Honors Papers. 142.